Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra adalah seorang politikus Indonesia. Anak ke enam dari sebelas orang bersaudara pasangan Idris dan Nursiha, lahir pada hari Selasa, tanggal 5 Pebruari 1956 di Kampung Lalang, Kecamatan Manggar, Kabupaten Belitung Timur.
Yusril hidup dalam keluarga yang sederhana dan bersahaja. Gaji sang ayah sebagai pegawai negeri tergolong sangat kecil sehingga kurang mampu memenuhi semua kebutuhan hidup sehari, apalagi membelikan mainan untuk anak-anaknya seperti zaman sekarang. Yusril kecil bersama saudara lainnya bermain ala kadarnya. Walau demikian, kasih sayang orang tua kepada anak-anaknya sangat berlimpah.
Semula ayahnya adalah seorang penghulu yang mengurus hal-ikhwal perkawinan, kemudian diangkat menjadi Kepala Kantor Urusan Agama di Kampung Parit, Tanjung Pandan. Ketika pindah dari Manggar ke Tanjung Pandan, Yusril kecil baru genap berusia dua tahun. Akhir tahun 1961, keluarganya pindah lagi ke Manggar dan Ayahnya dipindah tugaskan menjadi Kepala Kantor Urusan Agama di tempat kelahiran Yusril Ihza Mahendra.
Yusril banyak memperoleh pengalaman dalam dunia keorganisasian. Dimulai ketika bersekolah di sekolah menengah pertama (SMP) Yusril Izha Mahendra sudah aktif berorganisasi, sampai akhirnya terpilih menjadi Ketua OSIS. Bahkan jabatan itu dipegangnya juga sewaktu duduk di bangku SMA serta di KAPPI tingkat Rayon. Yusril juga pernah menjadi anggota Pemuda Muslimin, sebuah organisasi yang berafiliasi kepada Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII).
Ketika menempuh pendidikan di perguruan tinggi, tepatnya di Universitas Indonesia (UI). Yusril Juga terpilih menjadi Ketua Majelis Permuswaratan Mahasiswa (MPM) UI dan bergabung ke Badan Komukasi Pemuda Masjid Indonesia (BKPMI) serta Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Tidak sampai di situ saja, ia juga pernah masuk dalam kepengurusan Muhammadiyah dan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia serta Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI).
Pada kancah internasional, Yusril pernah mencatatkan dirinya menjadi Vice President dan President dari Asian-African Legal Consultative Organization, yang berpusat di New Delhi. Di Kuala Lumpur juga pernah aktif di Regional Islamic Da’wah Council of Southeast Asia and the Pasific. Kemudian, sebagai anggota dan Ketua Delegasi Republik Indonesia dalam berbagai perundingan dan persidangan internasional — termasuk sidang ASEAN, Organisasi Konfrensi Islam dan APEC. Selain itu juga ikut dalam kepanitiaan konfrensi internasional seperti Sidang AALCO, Konfrensi Internasional tentang Tsunami dan Konfrensi Tingkat Tinggi Asia Afrika.
Selain menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Indonesia dengan spesialisasi Hukum Tata Negara, tahun 1982. Yusril juga kuliah di Fakultas Sastra Universitas Indonesia dengan spesialisasi di bidang filsafat, tahun 1983.
Sebagai seorang perantau di Jakarta. Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Indonesia ini, sempat tidur dari masjid ke masjid lain untuk menyambung hidup. Demi menambah penghasilan, Yusril pernah menjadi guru Taman Baca Al Quran (TPA) dan guru mengaji serta sempat juga berlatih ilmu bela diri.
Seusai menempuh pendidikan di Universitas Indonesia (UI), Yusril menjadi Dosen di almameternya dan mendapat kesempatan untuk S2 di India. kemudian pada tahun 1984 Yusril Izha Mahendra melanjutkan S-2 di University of the Punjab (India) untuk mengambil gelar master dan disusul dengan memperoleh gelar Doctor of Philosophy dalam Ilmu Politik, dengan spesialisasi Perbandingan Politik Masyarakat-Masyarakat Muslim, di Universiti Sains Malaysia, tahun 1993.
Yusril Izha Mahendra dikenal sebagai Professor dan Pakar Hukum Tata negara. Tercatat juga sebagai dosen di beberapa Universitas seperti dosen di Akademi Ilmu Pemasyarakatan, Departemen Kehakiman pada tahun 1983 dan dosen di fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ). Kemudian, diangkat sebagai Guru Besar Ilmu Hukum di Universitas Indonesia dan mengajar Hukum Tata Negara, Teori Ilmu Hukum dan Filsafat Hukum pada program pascasarjana.
Setelah mengalami berbagai pengalaman dalam dunia organisasi dan dunia akademis. Akhirnya Yusril merambah ranah politik dan ketika di Era Reformasi, Yusril dipercaya menjadi Ketua Umum Partai Bulan Bintang sejak 1998 hingga 2005.
Tercatat Yusril Ihza Mahendra pernah dua kali menjabat sebagai Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia dan sekali menduduki kursi Menteri Sekretaris Negara . Diantaranya pada masa Presiden Abdurrahman Wahid, dalam Kabinet Pemerintahan Indonesia 21 Oktober 2004 – 9 Mei 2007. Kemudian, dalam Kabinet Gotong Royong 23 Oktober 1999 – 7 Februari 2001, semasa Presiden Megawati Soekarnoputri. Terakhir pada era kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono 9 Agustus 2001 – 21 Oktober 2004, dalam Kabinet Indonesia Bersatu menjadi Menteri Sekretaris Negara hingga resuffle Kabinet digantikan oleh Hatta Rajasa.
Sebelumnya, pada sidang Umum MPR RI Oktober 1999, ketika Pemilihan Presiden. Yusril Izha Mahendra yang saat itu merupakan Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) menperoleh 232 suara, di bawah Megawati Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati yang meraih 305 suara dan ungguli atas Ketua Dewan Syuro Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Abdurrahman Wahid yang mendapatkan 185 suara. Akan tetapi, akhirnya mengundurkan diri dari arena pemilihan presiden atas kesepakatan tokoh terkemuka Poros Tengah. Mereka adalah Amien Rais (PAN), Akbar Tandjung (Partai Golkar), Hamzah Haz (PPP), Matori Abdul Djalil (PKB), dan juga Yusril Izha Mahendra (PBB). Kemudian, Poros Tengah memberikan dukungan penuh kepada Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
Pada Kamis kamis 27 September 2012, bertempat di Hotel Kartika Chandra, Jakarta. Mantan Menteri Sekretaris Negara dan sekaligus Ketua Majelis Syuro DPP Partai Bulan Bintang ini, secara khusus mendapat penganugrahan gelar Sri Narendra Dyah Balitung Saif Al Din wa Al Daulah dari para raja, sultan, dan pemangku adat se-Nusantara. ***
Home
Sosok YIM
Load disqus comments
Subscribe to:
Posts (Atom)
Popular Posts
- Bela Kasus Rokok, Yusril Disambut Ribuan Buruh
- PAN DAN PBB BERTEMU BAHAS KOALISI PARTAI ISLAM HADAPI PEMILU 2024
- Yusril: 150 Ribu Prajurit dengan 3 Juta Peluru, Siap Tembak Mati!
- 𝐁𝐞𝐫𝐭𝐞𝐦𝐮 𝐉𝐨𝐤𝐨𝐰𝐢, 𝐘𝐮𝐬𝐫𝐢𝐥 𝐁𝐚𝐡𝐚𝐬 𝐏𝐞𝐦𝐛𝐚𝐧𝐠𝐮𝐧𝐚𝐧 𝐈𝐛𝐮 𝐊𝐨𝐭𝐚 𝐍𝐞𝐠𝐚𝐫𝐚 𝐁𝐚𝐫𝐮
- Pidato Yusril: kalau tidak Punya keberanian, Kita akan dikerjain sama negara lain!
0 comments