Monday, June 3, 2013

Soeharto: Yusril itu Ronggowarsito dan orangnya Natsir!

“Siapa anak muda ini?” tanya presiden soeharto kepada Mensesneg Moerdiono, 
“Dialah yang membuat pidato-pidato bapak selama ini” jawab Moerdiono terus terang. 
“lho ini kan orangnya Natsir?”, 
Moerdiono mengangguk, membenarkan penilaian presiden dan nampaknya kesimpulan telah diperoleh “bahwa orangnya Natsir” ini seorang pakar yang bekerja secara profesional. Soeharto sadar ia berhadapan dengan anak muda berwawasan luas, mungkin karena pertimbangan itulah, Yusril tetap dipertahankan menjadi speechs writer.

Tahun 1995, Yusril melalui Mensesneg Moerdiono telah di beri kepercayaan untuk diperbantukan sebagai Asisten bidang Khusus, yaitu menyusun Naskah pidato (Speech Writer) presiden soeharto. Dalam tugas ini Yusril menyusun semua pointers, setelah di format kemudian memasukkan kritik dan apa maunya penyelenggara. Setelah selesai baru diserahkan ke Mensesneg. Saat itu presiden soeharto sudah tahu siapa yusril, soalnya soeharto selalu bilang bahwa Yusril orangnya Natsir. Malah soeharto sempat menyebut Yusril “Ronggowarsito”

Yusril Ihza Mahendra adalah penulis sekitar 204 naskah presiden Soeharto yang bekerja selama lebih kurang dua tahun dalam karirnya. Menulis pidato politik bukanlah pekerjaan yang dapat dilakukan setiap orang,ini memang diperlukan tingkat kecerdasan yang tinggi, pemahaman yang luas terhadap persoalan-persoalan yang berkembang dan dikaitkan dengan kebijakan serta strategi politik dari seorang presiden. Yusril ihza mahendra melakukan pilihan dengan masuk dalam pusat kekuasaan untuk melakukan perubahan politik dari dalam melalui transformasi gagasan ke dalam isi dan arah konsep-konsep pidato yang disusunnya.

Selama 3 tahun Yusril menjadi penulis pidato presiden, ia telah mengonsep naskah sebanyak lebih dari 204 naskah pidato presiden soeharto. Semuanya dilakukan secara profesional. maka pada saat Yusril masuk ke lingkaran kekuasaan, dia mencoba mencegah kemungkaran dengan tulisan yang kemudian disampaikan oleh mulut Soeharto, 
Load disqus comments

0 comments