Tuesday, September 17, 2013

Yusril: 150 Ribu Prajurit dengan 3 Juta Peluru, Siap Tembak Mati!


Pada Malam bersejarah itu, Yusril Ihza Mahendra berhadapan dengan Presiden Soeharto. Yusril dengan tegas mengatakan kondisi yang sesungguhnya terjadi dan meminta Presiden Soeharto turun dari Kursi ke Presiden. Yusril pun memberikan beberapa Pertimbangan kepada Soeharto.

"Pak ngak bisa lagi, bapak sudah sampai di penghujung jalan, kalau diteruskan bisa bunuh-bunuhan, pertumpahan darah ngak bisa dicegah lagi. ini menteri-menteri sudah mundur" Kata Yusril kepada Presiden Soeharto.

"Apa Betul?" Tanya Soeharto

"Ini suratnya pak.." Kata Yusril sambil menyerahkan surat copyan pengunduran diri para menteri. surat copyan itu diberikan oleh Akbar tanjung dan Tanri Abeng kepada Yusril. Surat yang asli sudah dikirim ke Pak Ginanjar Kartasasmita, akan tetapi belum dibuka, hingga copyan suratnya yang diberikan kepada Presiden Soeharto.

"kalau besok bapak umumkan kabinet reshuffle, sekian banyak menteri yang menolak duduk dalam kabinet. yah mohon maaf, bapak akan kehilangan muka.." Tambah yusril memberikan alasan kepada Soeharto.

"yah kalau begitu ngak ada pilihan lain, saya berhenti. kamu urus bagaimana cara berhentinya.." Akhirnya soeharto menerima alasan-alasan yang diberikan Yusril kepadanya.

Setelah yusril memberikan bebeberapa pandangan kepada presiden soeharto. Sejarah Mencatat dimana Yusril Ihza Mahendra membuat pernyataan berhenti yang dibacakan oleh presiden soeharto, tanpa MELANGGAR Aturan. Yusril tetap berada di samping soeharto disaat orang-orang yang selama ini dibantu oleh soeharto menghindar dan menghianati beliau. Jika saat itu Presiden Soeharto mendengarkan pertimbangan yang lain untuk melakukan sidang Istimewa maka kemungkinan besar akan terjadi pertumpahan darah. jika sudah begitu, militer yang akan mengambil alih kekuasaan. memang pada saat itu sempat berdebat dengan Bambang Kesowo, Yusril tetap bertahan agar Soeharto menyatakan BERHENTI, ini cara yang sangat KONSTITUSIONAL sekaligus menyelamatkan Negara ini dari pertumpahan darah, perang antar saudara. dan terbukti KONSEP pergantian kekuasaan tanpa pertumpahan darah itu berjalan dengan baik.

Setelah Presiden Soeharto setuju untuk berhenti, Yusril minta Saadilah Mursi untuk menghubungi wakil presiden BJ. Habibie. BJ Habibie kaget ketika diminta datang pada pagi harinya jam 9 ke Istana negara dengan pakaian rapi, untuk mengucapkan sumpah sebagai Presiden RI!


Jam 2 Pagi, Yusril Menelpon Pak Sarwata Ketua Mahkamah Agung saat itu. Yusril mengatakan bahwa besok pagi jam 9 seluruh Pimpinan MA diminta ke Istana lengkap dengan toga, Presiden Soeharto Mau bertemu. Pak sarwata saat itu bertanya untuk apa? Yusril bilang datang saja.

Di luar istana, kelompok dari Kapasus, Marinir dan konstrad sudah bersiaga dengan persenjataan lengkap! 150 ribu Prajurit dengan 3 Juta Peluru tajam sudah siap. pada tanggal 20 Mei 1998 Perintah Panglima tertinggi kepada Panglima ABRI, kalau demonstran maju sampai patung kuda di ujung jalan Thamrin, maka TEMBAK MATI!

Yusril panik mengetahui hal itu, "Jadi saya bisa membayangkan kalau tidak dicegah malam itu pembantaian besar-besaran akan jauh lebih dashyat daripada tiananmen!"

Yusril minta Mayjen Muchdi PR menelpon Amien Rais untuk bicarakan masalah ini. Muchdi Menelepon Amien Rais dan minta Amien rais untuk tidak mengerahkan massa lagi, karena sudah ada perintah Panglima tertinggi untuk tembak ditempat dan ganti peluru karet dengan peluru tajam. 

"saya ini orang muhammadiyah pak amien, tapi sebagai jenderal saya tidak bisa berbuat lain kecuali melaksanakan perintah perintah panglima tertinggi, kalau orang demo sampai ujung jalan thamrin..tembak!" Kata Mayjend Muchdi PR Melalui Telepon dengan Amien Rais. Amien rais segera bereaksi melalui media Televisi Amien Meminta untuk tidak melakukan demo pada hari itu. 

Kondisi saat itu semuanya lelah. para tentara akhirnya disuntik doping karena mereka tidak tidur beberapa hari. gelisah terus dan semuanya dalam keadaan tidak menentu. apalagi sudah ada provokasi yang sangat mungkin bisa terjadi saling baku tembak antara kelompok militer yang satu dan lainnya. Yusril segera menemui semua pimpinan Militer. saat itu Yusril mengatakan kepada mereka bahwa Pak Harto akan berhenti dan Wakil Presiden yang akan menggantikannya, dan itu Konstitusional, tidak melanggar. bola semuanya sekarang ada ditangan ABRI. Pak Wiranto saat itu menjabat sebagai Panglima ABRI Membenarkan apa yang dikatakan yusril.

"Yah sudah kalau begitu pak wiranto besok baca satu statement ABRI menyatakan ini sah dan konstitusional.." Pinta Yusril ke Panglima ABRI Wiranto. 

Di Istana saat itu semuanya menjadi paranoid, Pengawal Presiden di Periksa bolak-balik, mereka khawatir nanti ada penyusup menyamar jadi pengawal presiden dan menembak presiden! 

Pagi harinya Ketua MA datang bersama para pimpinan ke Istana dan langsung bertemu dengan Yusril.

"saya sudah dengar subuh tadi, saya bicara sama harmoko, bahwa hari ini mau menyumpah Wakil Presiden menjadi Presiden, saya tidak sempat baca semua buku hanya beberapa. saya mau tanya bapak apakah ini betul dari segi hukum atau tidak? jangan sampai MA melakukan kesalahan sejarah..." Tanya ketua MA setelah bertemu Yusril.

"Saya sudah telaah semua buku, Tap MPR 7 Tahun 73 mengatakan kalau DPR tidak dapat bersidang maka sumpah itu di ucapkan dihadapan MA, saya pertaruhkan bahwa ini sah!" Kata Yusril meyakinkan ketua MA yang khawatir mereka melakukan tindakan yang melanggar aturan main.

Setelah yakin, Ketua MA langsung maju kedepan dan mengucapkan sumpah kepada Habibie sebagai Presiden Republik Indonesia yang baru, menggantikan soeharto.

Saat Pelaksanaan Pernyataan berhenti Soeharto, suasana di Istana begitu sangat tegang karena setelah pengucapan sumpah Jabatan Sebagai Presiden oleh BJ. Habibie, kemudian dilanjutkan oleh pernyataan Panglima Abri, Jenderal Wiranto. karena pada saat itu semua tentara sudah siap dan semua senjata sudah disiapkan. Jika dalam pernyataan Panglima ABRI mengatakan bahwa pengangkatan BJ. Habibie tidak sah,  Para Prajurit mengatakan bahwa sebagai prajurit mereka berhak Menembak Panglima ABRI!

Untung pada saat itu Pak Wiranto mampu membaca situasi negara ini dan ingin masalah ini cepat selesai sehingga dalam Pernyataan wiranto saat itu ABRI menyatakan ini sah dan konstitusional ABRI mendukung pemerintah yang baru.

Yusril memang akhirnya meminta maaf karena pada saat dia melakukan itu, agar jangan sampai terjadi pertumpahan darah antara rakyat dengan militer. Tidak dapat dibayangkan saat itu jika langkah-langkah strategis tidak cepat dilakukan, mungkin hingga hari ini Indonesia masih dalam kondisi perang antar saudara, atau mungkin Indonesia sudah tidak ada lagi dan digantikan dengan negara-negara baru.


Load disqus comments

0 comments