Ketika zaman masih menjadi penggerak, Ihza Mahendra di kejar-kejar dan diburu oleh penguasa pimpinan Presiden Soeharto. beliau sangat mengkritisi pemerintahan soeharto. apalagi pada saat terjadi peristiwa priuk, Yusril dan kawan-kawan termasuk ketua umum Partai Bulan Bintang MS. Kaban menjadi orang yang dicari-cari oleh pemerintah. mereka pindah sana pindah sini, menghindari kejaran aparat keamanan. tapi tetap terus mengkritisi.
Yusril akhirnya melihat bahwa Soeharto pada saat itu terlalu kuat untuk dilawan. karena sudah di demo, dilawan dan dikritik tetap saja Soeharto tidak jatuh dari kursi kekuasaannya. padahal sudah menelan banyak korban dalam perjuangan untuk meruntuhkan kekuatan Soeharto. harus ada cara lain.
Namun ketika Yusril di panggil Istana untuk menjadi Spech Writer Presiden Soeharto, Yusril sempat Menolak. apalagi Soeharto memang tahu bahwa Yusril itu orangnya Muhammad Natsir dan seorang aktivis yang menyuarakan soeharto turun sebagai presiden. waktu itu kawan-kawan seperjuangan minta yusril untuk menerima tawaran tersebut. ibarat dalam perang If you can`t kick them, joint them! bila kamu tidak bisa tendang mereka itu, kamu gabung sama mereka. termasuk juga Amien Rais ketika itu mendorong Yusril untuk menerima tawaran tersebut. Kata Amien Rais masuk saja kedalam dan kerjai dia!
Yusril akhirnya menerima tawaran tersebut dengan misi berjuang dari dalam Istana. Yusril berbeda dengan Harmoko.
"Saya beda dengan Harmoko! yang bicara Pak Harto pakai mulut Harmoko, saya sebaliknya yang bicara saya pakai mulut pak Harto!.. saya yang nulis dia yang baca.."
Dalam Menjalani tugas ini, ketika Presiden soeharto diundang untuk bicara di berbagai tempat, yusril selalu bertanya kepada yang mengundang, Mereka ingin Pak Soeharto bicara apa? begitupun ketika menulis pidato-pidato soeharto lainnya, Yusril sering menelpon Amien rais dan Syafie Maarif, mereka ingin Pak Harto bicara apa? hal ini dilakukan Yusril memasukkan pemikiran dan langkah-langkah politis didalam pidato-pidato Presiden Soeharto.
Ada sebuah cerita lucu, ketika Presiden Soeharto pidato di hadapan para Ulama dan Kiyai. Yusril menyiapkan pidatonya. saat memberikan pidato, presiden Soeharto mengatakan "negara ini punya kita, kita jangan "Uzlah" lagi seperti zamannya belanda! ini milik negara kita ayo kita kerjakan bersama.kita jangan jadi penonton.."
Selesai pidato, keesokan harinya Ajudan Presiden Soeharto Telepon Yusril, "Pak yusril pak harto tanya itu uzlah itu artinya apa?"
" jangan diganti kata-Kata Uzlah itu pokoknya uzlah itu para kiyai semua tahu, gak ada kiyai yang ngak ngerti uzlah, kelewatan kalau kiyai ngak ngerti uzlah!" Jawab Yusril kepada Ajudan Presiden Soeharto.
Hal ini membuktikan bahwa, Soeharto percaya apa yang ditulis oleh Yusril, Sehingga perjuangan yusril dari dalam istana untuk memberikan perubahan pada ucapan dan tindakan Soeharto bisa dibilang berhasil. dan pada masa itu, memang terjadi perubahan pemikiran Presiden Soeharto. Soeharto lebih agamis dalam tindakan dan ucapan-ucapannya. perjuangan ini berjalan terus sampai pada saat Presiden Soeharto Berhenti sebagai Presiden, Peran Yusril Ihza Mahendra saat Presiden Soeharto turun sangat besar, di saat kondisi genting dan peluang perang saudara terbuka, Yusril ada! Disaat orang-orang dekat Presiden Soeharto Meninggalkannya dan menghianatinya, Yusril ada!. Menjaga agar peralihan kekuasaan saat itu tidak dengan pertumpahan darah.
0 comments