Maraknya lembaga-lembaga survey Pemilu yang sering membuat heboh dunia perpolitikan di tanah air mendapat perhatian dari Ketua Majelis Syuro Partai Bulan Bintang (PBB) Yusril Ihza Mahendra.
Menurut YIM sebenarnya semua orang sudah sama-sama tahu bahwa lembaga-lembaga survey yang menjamur itu bukanlah lembaga yang murni akademis, tetapi lembaga profesi yang komersial
"Tidak saya pungkiri bahwa dalam bekerja lembaga-lembaga survey itu menggunakan metode-metode akademis. Namun aspek komersialnya tidak dapat diabaikan pula" tulis YIM dalam akun twitternya.
Survey (ilustrasi) |
Parpol atau politisi yg akan berkompetisi, sudah lazim meminta lembaga survey melakukan kegiatannya.
Tujuannya bukan semata-semata untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan dirinya, tetapi juga untuk membentuk opini publik
Bahkan, kata YIM tidak jarang suatu lembaga survey sudah menandatangani kontrak dg parpol atau politisi untuk jangka waktu tertentu
"Besarnya nilai kontrak tentu sesuai kemampuan partai atau politisi yang bersangkutan. Makin besar uang, makin canggih lembaga surveynya" terangnya.
Biasanya laporan hasil riset ada 2 macam. Satu yang benar hanya utk kepentingan internal, yang gak benar untuk kepentingan publik.
Hasil survey yang gak benar dan disulap itulah yg dijadikan komsumsi untuk mempengaruhi opini publik
Hasil survey yg disulap itu dipublikasikan secara luas melalui jaringan media sehingga menjadi kontroversi
Hasil survey yg disulap itu bisa pula dijadikan sbg langkah awal kecurangan Pemilu secara sistemik
Hasil survey yg disulap itu bisa dijadikan sbg bagian dari upaya kecurangan pemilu secara sistemik
Melalui pengumuman hasil survey yg meluas itu, pelan-pelan opini publik akan terbentuk, mana partai atau tokoh yang unggul, mana yg memble
Kalau opini sudah terbentuk, langkah selanjutnya merekayasa perolehan suara agar pas seperti hasil survey
Banyak cara dapat dilakukan untuk merekayasa perolehan suara. Langkah pertama dimulai dari penyusunan DPT
Makin kacau dan tdk akurat DPT, rekayasa akan makin mudah. Surat suara yg berlebih, bisa dicoblos sendiri utk menangkan suatu parpol
Berbagai trik untuk mengatur perolehan suara dilakukan sejak pps, desa, ppk sampai kabupaten kota
Luasnya wilayah negara kita membuat pengawasan penghitungan suara menjadi sangat sulit dan rumit. Ada potensi untuk curang disini.
Tiap kali Pemilu, IT KPU selalu ngadat, pengumpulan suara lamban dan membosankan. Keadaan ini membuat orang lelah, apatis dan akhirnya putus asa serta tdk perduli lagi
Dalam keadaan spt itu praktek jual beli suara, transaksi pemindahan suara dari 1 parpol ke parpol lain terjadi dg mudahnya
Yg dapat melakukan kecurangan sistemik itu hanya mereka yang kuat secara politik, birokrasi dan finansial
Akhirnya Pemilu ditentukan oleh transaksi uang dan kekuasaan. Suara rakyat dipermainkan dan dimanipulasi. Kedaulatan rakyat hanya mimpi
Akhirnya apa yg terjadi? Hasil akhir pemilu persis seperti hasil survey yg sebelumnya sdh dicekokkan kepada publik
Rakyatpun akhirnya dapat menerima urutan pemenang pemilu, tokh sdh cocok dg hasil survey jauh hari sblm pemilu yg sdh ada di otak mereka
Kalau demikian, maka bukan lembaga survey itu yang canggih bisa memprediksi hasil Pemilu
Tapi sebaliknya, hasil pemilu yg direakayasa secara sistemik agar hasilnya sesuai dengan hasil survey ***
0 comments